Rabu, 09 Januari 2019



Kalimantan Selatan masih memiliki hutan yang udaranya masih sangat segar.
Masih lekat dalam ingatan bahwa tanah Borneo di claim sebagai paru-paru dunia.
Dan ternyata benar saja, Alam Borneo masih sangat bersahabat dengan kita.

Loc. Gunung Kahung Desa Belangian Kec. Aranio Kab. Banjar Kalimantan Selatan



Untuk video selengkapnya klik link dibawah ini:
https://youtu.be/-v5nQhKptFI

Teaser Jejak Disket Hijau Di Hutan Hujan Kalimantan

Read More



Fokus Apache,Banjarbaru - Posko Peduli Bencana (P2B) Banjarbaru - Martapura adakan penggalangan dana untuk saudara kita di Lombok Nusa Tenggara Barat, sore tadi (7/8). Kegiatan berlangsung sekitar 2,5 jam di jalan Akhmad Yani Kilometer 36 depan gerbang kampus UNLAM, Banjarbaru.

Ada beberapa kalangan yang tergabung dalam P2B diantaranya Pelajar, Mahasiswa, dan Pecinta Alam dan LSM. 
Sementara dana yang terkumpul dari penggalangan hari ini adalah Rp. 10.082.000,- ditambah dari SMAN 13 Banjarmasin Rp. 950.000,- dari Gilmarpala Rp. 1.142.000,- dari SMAN 2 Martapura Rp. 1.205.000,- dari SMAN 1 Gambut Rp. 1.016.100,-. Total dana yang terkumpul sementara adalah 
Rp.14.395.100,-. Kegiatan masih akan dilanjutkan Rabu (8/8/18), bagi kawan-kawan yang ingin ikut bisa datang ke titik kumpul Sekeretariat Mapala Graminea Faperta UNLAM atau bisa langsung kedepan gerbang UNLAM Banjarbaru. Dan bagi yang ingin berdonasi bisa melewati depan gerbang UNLAM Banjarbaru, baik yang dari arah Banjarmasin, Hulu sungai atau Pelaihari.



Bersolidaritas Ala Pencinta Alam

Read More


Fokus Apache, Kuningan - Mt. Ciremai 3078 MDPL (10.098 ft) 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT Kab. Kuningan Jawa Barat.


Gunung Ceremai adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.

Gunung Ciremai di Jawa Barat ini mempunyai nuansa mistik yang sangat kuat. Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. 
Tak hanya itu, bagi sebagian masyarakat Kuningan dan sekitarnya, Gunung Ciremai diyakini sebagai asal muasal nenek moyang orang Jawa Barat. Keyakinan ini semakin kuat ketika para ahli arkeolog menemukan beberapa perkakas dari Zaman Batu Besar (Megalithikum) yang ditaksir berusia sekitar 3.000 tahun SM.


Tema Kegiatan: Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak (Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan… harus serasi dengan alam.) Tanggal Pelaksanaan: 22 - 24 Juni 2018.

Dan Ekspedisi ini didedikasikan utk pendiri dan anggota pelopor Mapala Apache, sebagai satu ucapan terimakasih karena telah mendirikan organisasi ini dan pada tahun ini genap 12 Tahun umur organisasi Mapala Apache.


Big thanks for @gamapala_ciamis yang telah membantu mensukseskan kegiatan ini.




Menggapai Atap Jawa Barat

Read More


Fokus Apache, BANJAR – Peringatan hari air sedunia (World Water Day) adalah  peringatan yang bertujuan untuk menarik perhatian  masyarakat internasional akan pentingnya air bersih dan menyadarkan masyarakat pentingnya pengelolaan sumber air bersih yang berkesinambungan, hari air sendiri diperingati secara internasional pada tanggal 22 Maret.
Dalam momen memperingati hari air sedunia Mapala Apache mengadakan kegiatan SD Binaan yang telah menjadi program rutin tahunan. Kegiatan dilaksanakan di Sekolah Dasar Kecil Kiram, Desa Kiram Rt. 03 Kec. Karang Intan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Sabtu (24 Maret 2018).
Mungusung tema “Air Untuk Kehidupan Teknologi Untuk Masa Depan”. Tujuan dari kegiatan ini ialah mengajarkan kepada para murid sekolah dasar tentang pentingnya air bersih, memanfaatkannya secara benar, terutama tidak membuang sampah ke sungai yang akan mengakibatkan tercemarnya air yang ada di sungai.
Siswa juga diajarkan tentang bagaimana menjaga lingkungan hidup agar tetap lestari dan mengenalkan teknologi komputer kepada para siswa yang memang sekolahan mereka tidak memiliki fasilitas komputer.
Siswa diajarkan bagaimana menggunakan komputer terutama memanfaatkan teknologi secara positif. Tak lupa pula Mapala Apache memberikan hadiah berupa alat tulis dan buku kepada siswa untuk menambah semangat siswa dalam belajar.
Tidak hanya itu saja, Mapala Apache mengajarkan kepada para siswa tentang bagaimana memanfaatkan air yang sangat penting bagi kehidupan, melakukan penanaman pohon di sekitar Sekolah Dasar, membagikan bibit buat kepada warga setempat dan kerga bakti membersihkan musholla di Desa Kiram.
 Nakir Muhajir, ketua Umum Mapala Apache STMIK Banjarbaru mengatakan, “manfaat dari kegiatan ini ialah agar anak anak sekolah dasar sadar bahwa akan pentingnya air bersih, tidak membuang sampah sembarangan di lingkungan sekolah dan tidak membuang sampah lagi ke sungai.”
“Karena para murid sekolah dasar belum memahami hal-hal yang seperti itu. Maka kita berikan pengetahuan lebih tentang dampak negatifnya membuang sampah sembarangan terutama di sungai dan betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya,” tambahnya, Sabtu (24 Maret 2018).

Langkah Kecil Mapala Apache Peringati “World Water Day”

Read More


Fokus Apache,Banjarbaru - Dalam rangka memeriahkan semarak bulan suci Ramadhan 1439 H. Mapala Apache Stmik Banjarbaru mengadakan kegiatan buka puasa bersama anak yatim di Rumah Anak Yatim (RAY) Ar-Rahmah yang berlokasi di Jl. Guntung Manggis No. 03 RT/RW 18/3 Guntung Manggis Landasan Ulin Banjarbaru.
Dalam kegiatan buka puasa bersama kali ini ada yang beda dari tahun-tahun sebelumnya yaitu adanya kegiatan fun gamesngabuburit. Tujuan diadakan fun games ngabuburit ini adalah untuk refresh dari rutinitas sehari-hari anak-anak panti serta mengenalkan dunia outward bound (outbound) bahwa pendidikan tidak hanya didalam ruangan saja.
Dengan adanya kegiatan fun games ngabuburit sendiri secara tidak langsung anak-anak panti diajarkan leadership, communication, togetherness, team building, inovation, dan confidence.
Dan jenis outbound yang disuguhkan adalah Outbound Soft Skill. Outbound soft skill adalah kegiatan outbound yang dilakukan untuk pengembangan personal dan interpersonal, biasanya berupa kemampuan atau keterampilan.


Permainan outbound soft skill  ini dirancang sedimikian rupa sehingga tidak perlukan fisik yang berlebih untuk melakukanya. Terlihat antusiasme anak-anak panti dalam mengikuti kegiatan ini.
Rumah Anak Yatim (RAY)  Ar-Rahmah didirikan pada tahun 2009, dan anak asuh yang ada di RAY Ar-Rahmah semuanya 30 anak terdiri dari 23 anak yang bermukim dan 7 yang Non-mukim, kebanyakan anak yang bermukim di panti asuhan dari Banjarbaru,  yang jauh dari Barabai dan Marabahan.
“Rutinitas anak-anak sehari-hari di panti adalah belajar mengaji dan mendalami ilmu agama di setiap habis sholat dan di sela waktu senggang,” kata Ahmad Fawaid (Ketua Yayasan Rumah Anak Yatim Ar-Rahmah).
Nakir Muhajir (Ketua Umum Mapala Apache) mengatakan, “acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi semua anggota Mapala Apache dan menjadi sarana berbagi antara kaum muslimin terutama untuk golongan yatim piatu serta berbagi kecerian kepada anak-anak yatim piatu.”
Kegiatan ini juga bekerja sama BEM STMIK Banjarbaru. Dan disponsori  oleh PT.IMCM Kintap, Chat Barber, Fun Camping, Walhi Kalsel, Oasis Adventurous Stuff, CAMP Outdoor Service and Rent, PT.Eigerindo Multi Produk Industri, 360 Outdoor Equipment, Apache Tour & Travel, Jago Print, AZ Gorden dan Aisyah Garage. Serta Media Partner adalah Klik Kalsel.

Puncak Kebahagiaan Tertinggi adalah Ketika Kita Berbagi

Read More

Sabtu, 05 Januari 2019






       Pada LATGAB (Latihan gabungan) kali ini adalah mempelajari tentang Single Rope Technique.
Single Rope Technique (SRT) adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun di medan-medan vertikal. Berbagai sistem telah berkembang sesuai dengan kondisi medan di tempat lahirnya masing-masing metode.


SRT ini memerlukan alat-alat, diantarnya sebagai berikut :



1. Tali Karmantel

Fungsi utamanya  adalah sebagai pengaman apabila jatuh.
Ada dua jenis tali Karmantel diantaranya :
• Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling. 
• Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel.


2. Carbiner

Alat penghubung seperti pengait, umumnya dibuat dari bahan Alluminium Alloy. Karabiner sendiri mempunyai dua jenis yaitu karabiner yang mempunyai sistem penguncian (Locking Carabinner) atau screwgate dan karabiner tanpa sistem pengunci (Un-locking Carabinner) biasa pula disebut snapgate. 


3. Descender

Alat untuk turun dari suatu ketinggian, dengan memanfaatkan gaya gesek atau gaya geser tali terhadap alat tersebut (friction). 


4. Ascender

Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.


5. Harness

Pada LATGAB kali ini yang digunakan adalah harnest full body yang Berguna sebagai pengaman tubuh pemanjat dan belayer. Harness yang umum digunakan adalah Sit Harness (harness untuk pinggang). Mempunyai dua jenis, yaitu yang bisa disesuikan ukuran pada lingkar pinggang dan paha (Udjustable Harness) dan ada yang bisa disesuaikan pada lingkar pinggang saja. (Non-adjustable Harness).



Latihan Gabungan ini diadakan oleh @mapala_meratus yang bertempat di kampus UIN Antasari Banjarmasin pada tanggal 3 September 2018.

LATIHAN GABUNGAN SINGLE ROPE TECHNIQUE

Read More

Jumat, 04 Januari 2019




Hasil dari sebuah Ekspedisi Double Summit (Gede-Pangrango) dan eksplorasi flora endemik TNGGP. 
Sekaligus pengenalan potensi wisata di kawasan TNGGP. 
Dengan mengangkat tema "Saatnya yang muda yang berkarya". Yang terinspirasi dari Semangat pemuda 89 Tahun Silam tepatnya 28 Oktober 1928.


Untuk video selengkapnya klik link dibawah ini:
https://youtu.be/pnHQNOxf6ss

Teaser Menjelajah Taman Nasional Tertua Di Indonesia

Read More

Nakir Muhajir
M-APC.14/VIII/048/PM

Berawal dari keinginan mendaki Gn.Gede-Pangrango pada edisi awal tahun 2017, maka munculah ide untuk melakukan ekspedisi ke Gn.Gede-Pangrango. Gunung ini terletak di tiga kabupaten, yaitu : Kab.Bogor, Kab.Sukabumi dan Kab.Cianjur. Gunung yang masih masuk dalam komplek Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) ini merupakan salah satu taman nasional yang berada di Propinsi Jawa Barat. Taman nasional ini adalah salah satu yang tertua di Indonesia, dimana ia ditetapkan sejak tahun 1980. Wilayah TNGGP ini mencakup dua puncak gunung, yaitu gunung Gede dan Pangrango beserta hutan yang ada di sekitarnya. Total luas dari taman nasional yang satu ini hampir mencapai 22.000 hektare.
Pada bulan agustus 2017, Marpala UBK Jakarta mengirim surat dengan perihal undangan kegiatan Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) tingkat perguruan tinggi se-Indonesia ke-XXIX di Depok. Karena lokasi TWKM XXIX berada di Depok, Jawa Barat maka ini menjadi kesempatan untuk sekalian melakukan ekspedisi dimana jarak Depok-Sukabumi tidak terlalu jauh. Persiapan pun dilakukan dan selama dua bulan merancang konsep dan persiapan untuk ekspedisi. Ekspedisi ini bernama “Ekspedisi Sumpah Pemuda” dan mengangkat tema “Saatnya yang muda yang berkarya”, dengan semangat sumpah pemuda 89 Tahun Silam Tepatnya 28 Oktober 1928 yang menjadikan motivasi tim ekspedisi untuk mewujudkan pemuda yang berjiwa tangguh. Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman baru tentang lingkungan hidup.
Sebelum mulai melakukan pendakian, tim ekspedisi melakukan briefing dengan kawan-kawan Mapala Djuanda Bogor dengan pokok pembahasan mengenai perizinan memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) yang mana rencana awal ekspedisi, titik awal pendakian dari Cisarua dan turun di Situ Gunung, yang mana langsung ditampik oleh pihak Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango karena jalur tersebut adalah ilegal. Maka, diputuskanlah jalur pendakian via Cibodas dan turun via Gunung Putri. Pada keesokan harinya terbitlah Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Seluruh persiapan pra-ekspedisi sudah siap mulai dari surat izin, peralatan, logistik, dll. Tepat pada hari Kamis, 2 November 2017 tim ekspedisi berangkat dari sekretariat Mapala Djuanda Bogor menuju Cibodas. Sekitar pukul 17.00 WIB tim ekspedisi sudah tiba di Pondok Eidelweis Cibodas untuk bermalam dan besok pagi memulai pendakian. Pendakian dimulai pukul 09.00 WIB dari pintu masuk Cibodas (1.250 MDPL) dan harus tiba di Camp Kandang Badak di sore hari. Pos pertama yang di lalui adalah Telaga Biru (1.575 MDPL). Telaga Biru sendiri dikategorikan kedalam hutan tipe sub montana karena berada diketinggian antara 1.200 – 1.500 MDPL dengan bukti bahwa pohon-pohon besar dan tinggi seperti Jamuju (Podocarpus Imbricata) dan Puspa (Schima Walichii) memenuhi area ini. Di area ini terdapat danau seluas 5 Hektare, pada saat tertentu danau ini akan nampak berlendir hijau kecoklatan jika terkena sinar matahari, karena permukaannya tertutup ganggang biru sehingga kandungan mineralnya sangat tinggi. Air disini kaya akan nutrisi yang berasal dari pertumbuhan bahan organik dan batuan serta tanah vulkanik yang terlarutkan. Intinya sumber air di Telaga Biru sangat berlimpah dan bisa diminum.
Telaga Biru 1575 MDPL


Pos berikutnya adalah Panyangcangan (1.628 MDPL) vegetasi diarea ini adalah hutan tipe montana, hutan ini terbentang luas hingga sampai ketinggian 2.400 MDPL. Pepohonan dan tanah diarea ini sering kali tertutup oleh lumut. Pada pos ini terdapat persimpangan yaitu menuju Curug Cibereum dengan jarak tempuh 0,3 KM dan jalur pendakian menuju Puncak Gede dan Puncak Pangrango. Jika beruntung anda bisa menemui Katak Api (Leptophryne Cruentata) disekitar area pos Panyangcangan. 
Pos berikutnya adalah Shelter Air Panas (2.150 MDPL) di area ini vegetasi tipe montana masih nampak di sekitar jalur ini. Disekitar Shelter Air Panas ini terkadang banyak ditemukan burung yang melintas, tidak mengherankan karena ada terdapat 251 jenis burung yang terdapat ditaman nasional ini. Selain burung, fauna seperti Owa Jawa (Hylobates Moloch), Macan Tutul (Panthera Pardus) dan Lutung (Presbytis Cristata) masih bisa dijumpai disekitar sini. Hari sudah mulai siang dan tim ekspedisi pun beristirahat sejenak sembari merendam kaki di air panas, dan jangan pernah sekali-kali meminum air panasnya karena air disini mengandung belerang. Tim ekspedisi melanjutkan pendakian untuk menuju pos Kandang Badak, sebelum sampai di pos Kandang Badak ada satu lokasi yang cocok untuk berkemah yaitu pos Kandang Batu (2.220 MDPL) karena jarak antara Pos Kandang Batu – Kandang Badak tidak terlalu jauh dan hari pun belum gelap, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tibalah kami di pos Kandang Badak (2.400 MDPL) sekitar pukul 16.00 WIB. Di area ini tempat terakhir untuk mengambil air sebelum Summit Attack. Tim ekspedisi mendirikan tenda, memasak, dan briefing lalu istirahat. Pagi yang cerah pada elevasi 2.400 MDPL membuat kami bersemangat untuk menuju Puncak Pangrango. Tim ekspedisi berangkat pada pukul 08.00 WIB dan hanya membawa alat seperlunya untuk Summit Pangrango seperti kompor lapangan dan nesting untuk sekedar membuat kopi, alat dokumentasi, cadangan air, dan atribut organisasi, sisanya ditinggal di Kandang Badak karena kami setelah dari Puncak Pangrango langsung turun ke Kandang Badak dan lanjut ke Puncak Gede, kalo istilah kerennya Double Summit. Jarak yang ditempuh dari Kandang Badak – Puncak Pangrango sekitar 3KM. Jalur menuju Puncak Pangrango merupakan hutan tipe Montana yang lebat dan terjal, yang kemudian dilanjutkan oleh semak-semak lebat dari vegetasi Sub Alphin, jadi disepanjang jalur ditumbuhi rumput Isachne Pangrangensis, Eidelweis (Anaphalis Javanica) dan Lumut Merah (Spagnum Gedeanum). Pada ketinggian 3.000 MDPL kami menemui habitat Anggrek Hutan. Tim Ekspedisi berhasil mencapai Puncak Pangrango sekitar pukul 12.00 WIB.
Puncak Pangrango saat itu diselimuti kabut sehingga membuat udara sekitar menjadi sangat dingin. Minum kopi adalah langkah awal untuk menghangatkan badan. Pemandangan yang disuguhkan tidak kalah indah dengan gunung-gunung lain, yaitu : Gunung Gede dan kawahnya. Satu jam saja sudah cukup explore Puncak Gunung Pangrango. Ketinggian Puncak Pangrango 3019 MDPL dan menurut informasi Gunung Pangrango adalah Gunung tertinggi kedua di Jawa Barat setelah Gunung Ciremai. Pukul 13.00 WIB Tim Ekspedisi turun ke Kandang Badak untuk mengambil alat yang ditinggal dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gede.
Gunung Pangrango 3019 MDPL
Tantangan berikutnya adalah Tanjakan Setan. Tanjakan setan merupakan jalur pendakian dengan tebing setinggi 30 meter dan kemiringan nyaris 90 derajat. Tibalah di Puncak Gede 2958 MDPL pada pukul 17.00 WIB, tapi sayangnya cuaca sangat tidak bersahabat, hujan turun saat kami baru saja sampai di Puncak Gede. Kami pun memutuskan untuk turun ke Alun-Alun Suryakencana dan mendirikan tenda disana, karena jika memilih bertahan di Puncak sangat berbahaya.
Gunung Gede 2958 MDPL
Di Alun-Alun Suryakencana terhampar bunga eidelweiss yang sangat banyak sekali. Di elevasi 2450 MDPL bunga ini tumbuh subur. Setelah selesai ishoma, tim melakukan briefing untuk kembali muncak besok pagi. Pada keesokan harinya, pukul 08.00 WIB Tim Ekspedisi kembali mendaki Puncak Gede, pukul 08.30 WIB Tim Ekspedisi sudah tiba di Puncak Gede. Cuaca pagi itu puncak diselimuti kabut. Pemandangan yang ditawarkan Puncak Gede sangat memukau, yaitu kawah Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Pukul 10.00 WIB kami turun ke Alun-Alun Suryakencana untuk packing dan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Putri. Perjalanan kami diiringi dengan hujan lebat yang tak kunjung henti hingga jalur pendakian menjadi aliran air. Tim Ekspedisi tiba di Pos Retribusi Gunung Putri pukul 17.00 WIB. Karena guyuran hujan yang lebat alhasil badan kami basah kuyup. Dengan ditemani secangkir kopi disore hari itu sembari bercengkerama menjadikan momen yang tak akan dilupakan. 
Puncak adalah bonus, kembali pulang tanpa kurang suatu apapun itu adalah tujuan utama.
Alun-Alun Suryakencana

Menjelajah Taman Nasional Tertua Di Indonesia

Read More