Jumat, 04 Januari 2019

Menjelajah Taman Nasional Tertua Di Indonesia

Nakir Muhajir
M-APC.14/VIII/048/PM

Berawal dari keinginan mendaki Gn.Gede-Pangrango pada edisi awal tahun 2017, maka munculah ide untuk melakukan ekspedisi ke Gn.Gede-Pangrango. Gunung ini terletak di tiga kabupaten, yaitu : Kab.Bogor, Kab.Sukabumi dan Kab.Cianjur. Gunung yang masih masuk dalam komplek Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) ini merupakan salah satu taman nasional yang berada di Propinsi Jawa Barat. Taman nasional ini adalah salah satu yang tertua di Indonesia, dimana ia ditetapkan sejak tahun 1980. Wilayah TNGGP ini mencakup dua puncak gunung, yaitu gunung Gede dan Pangrango beserta hutan yang ada di sekitarnya. Total luas dari taman nasional yang satu ini hampir mencapai 22.000 hektare.
Pada bulan agustus 2017, Marpala UBK Jakarta mengirim surat dengan perihal undangan kegiatan Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) tingkat perguruan tinggi se-Indonesia ke-XXIX di Depok. Karena lokasi TWKM XXIX berada di Depok, Jawa Barat maka ini menjadi kesempatan untuk sekalian melakukan ekspedisi dimana jarak Depok-Sukabumi tidak terlalu jauh. Persiapan pun dilakukan dan selama dua bulan merancang konsep dan persiapan untuk ekspedisi. Ekspedisi ini bernama “Ekspedisi Sumpah Pemuda” dan mengangkat tema “Saatnya yang muda yang berkarya”, dengan semangat sumpah pemuda 89 Tahun Silam Tepatnya 28 Oktober 1928 yang menjadikan motivasi tim ekspedisi untuk mewujudkan pemuda yang berjiwa tangguh. Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman baru tentang lingkungan hidup.
Sebelum mulai melakukan pendakian, tim ekspedisi melakukan briefing dengan kawan-kawan Mapala Djuanda Bogor dengan pokok pembahasan mengenai perizinan memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) yang mana rencana awal ekspedisi, titik awal pendakian dari Cisarua dan turun di Situ Gunung, yang mana langsung ditampik oleh pihak Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango karena jalur tersebut adalah ilegal. Maka, diputuskanlah jalur pendakian via Cibodas dan turun via Gunung Putri. Pada keesokan harinya terbitlah Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Seluruh persiapan pra-ekspedisi sudah siap mulai dari surat izin, peralatan, logistik, dll. Tepat pada hari Kamis, 2 November 2017 tim ekspedisi berangkat dari sekretariat Mapala Djuanda Bogor menuju Cibodas. Sekitar pukul 17.00 WIB tim ekspedisi sudah tiba di Pondok Eidelweis Cibodas untuk bermalam dan besok pagi memulai pendakian. Pendakian dimulai pukul 09.00 WIB dari pintu masuk Cibodas (1.250 MDPL) dan harus tiba di Camp Kandang Badak di sore hari. Pos pertama yang di lalui adalah Telaga Biru (1.575 MDPL). Telaga Biru sendiri dikategorikan kedalam hutan tipe sub montana karena berada diketinggian antara 1.200 – 1.500 MDPL dengan bukti bahwa pohon-pohon besar dan tinggi seperti Jamuju (Podocarpus Imbricata) dan Puspa (Schima Walichii) memenuhi area ini. Di area ini terdapat danau seluas 5 Hektare, pada saat tertentu danau ini akan nampak berlendir hijau kecoklatan jika terkena sinar matahari, karena permukaannya tertutup ganggang biru sehingga kandungan mineralnya sangat tinggi. Air disini kaya akan nutrisi yang berasal dari pertumbuhan bahan organik dan batuan serta tanah vulkanik yang terlarutkan. Intinya sumber air di Telaga Biru sangat berlimpah dan bisa diminum.
Telaga Biru 1575 MDPL


Pos berikutnya adalah Panyangcangan (1.628 MDPL) vegetasi diarea ini adalah hutan tipe montana, hutan ini terbentang luas hingga sampai ketinggian 2.400 MDPL. Pepohonan dan tanah diarea ini sering kali tertutup oleh lumut. Pada pos ini terdapat persimpangan yaitu menuju Curug Cibereum dengan jarak tempuh 0,3 KM dan jalur pendakian menuju Puncak Gede dan Puncak Pangrango. Jika beruntung anda bisa menemui Katak Api (Leptophryne Cruentata) disekitar area pos Panyangcangan. 
Pos berikutnya adalah Shelter Air Panas (2.150 MDPL) di area ini vegetasi tipe montana masih nampak di sekitar jalur ini. Disekitar Shelter Air Panas ini terkadang banyak ditemukan burung yang melintas, tidak mengherankan karena ada terdapat 251 jenis burung yang terdapat ditaman nasional ini. Selain burung, fauna seperti Owa Jawa (Hylobates Moloch), Macan Tutul (Panthera Pardus) dan Lutung (Presbytis Cristata) masih bisa dijumpai disekitar sini. Hari sudah mulai siang dan tim ekspedisi pun beristirahat sejenak sembari merendam kaki di air panas, dan jangan pernah sekali-kali meminum air panasnya karena air disini mengandung belerang. Tim ekspedisi melanjutkan pendakian untuk menuju pos Kandang Badak, sebelum sampai di pos Kandang Badak ada satu lokasi yang cocok untuk berkemah yaitu pos Kandang Batu (2.220 MDPL) karena jarak antara Pos Kandang Batu – Kandang Badak tidak terlalu jauh dan hari pun belum gelap, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tibalah kami di pos Kandang Badak (2.400 MDPL) sekitar pukul 16.00 WIB. Di area ini tempat terakhir untuk mengambil air sebelum Summit Attack. Tim ekspedisi mendirikan tenda, memasak, dan briefing lalu istirahat. Pagi yang cerah pada elevasi 2.400 MDPL membuat kami bersemangat untuk menuju Puncak Pangrango. Tim ekspedisi berangkat pada pukul 08.00 WIB dan hanya membawa alat seperlunya untuk Summit Pangrango seperti kompor lapangan dan nesting untuk sekedar membuat kopi, alat dokumentasi, cadangan air, dan atribut organisasi, sisanya ditinggal di Kandang Badak karena kami setelah dari Puncak Pangrango langsung turun ke Kandang Badak dan lanjut ke Puncak Gede, kalo istilah kerennya Double Summit. Jarak yang ditempuh dari Kandang Badak – Puncak Pangrango sekitar 3KM. Jalur menuju Puncak Pangrango merupakan hutan tipe Montana yang lebat dan terjal, yang kemudian dilanjutkan oleh semak-semak lebat dari vegetasi Sub Alphin, jadi disepanjang jalur ditumbuhi rumput Isachne Pangrangensis, Eidelweis (Anaphalis Javanica) dan Lumut Merah (Spagnum Gedeanum). Pada ketinggian 3.000 MDPL kami menemui habitat Anggrek Hutan. Tim Ekspedisi berhasil mencapai Puncak Pangrango sekitar pukul 12.00 WIB.
Puncak Pangrango saat itu diselimuti kabut sehingga membuat udara sekitar menjadi sangat dingin. Minum kopi adalah langkah awal untuk menghangatkan badan. Pemandangan yang disuguhkan tidak kalah indah dengan gunung-gunung lain, yaitu : Gunung Gede dan kawahnya. Satu jam saja sudah cukup explore Puncak Gunung Pangrango. Ketinggian Puncak Pangrango 3019 MDPL dan menurut informasi Gunung Pangrango adalah Gunung tertinggi kedua di Jawa Barat setelah Gunung Ciremai. Pukul 13.00 WIB Tim Ekspedisi turun ke Kandang Badak untuk mengambil alat yang ditinggal dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gede.
Gunung Pangrango 3019 MDPL
Tantangan berikutnya adalah Tanjakan Setan. Tanjakan setan merupakan jalur pendakian dengan tebing setinggi 30 meter dan kemiringan nyaris 90 derajat. Tibalah di Puncak Gede 2958 MDPL pada pukul 17.00 WIB, tapi sayangnya cuaca sangat tidak bersahabat, hujan turun saat kami baru saja sampai di Puncak Gede. Kami pun memutuskan untuk turun ke Alun-Alun Suryakencana dan mendirikan tenda disana, karena jika memilih bertahan di Puncak sangat berbahaya.
Gunung Gede 2958 MDPL
Di Alun-Alun Suryakencana terhampar bunga eidelweiss yang sangat banyak sekali. Di elevasi 2450 MDPL bunga ini tumbuh subur. Setelah selesai ishoma, tim melakukan briefing untuk kembali muncak besok pagi. Pada keesokan harinya, pukul 08.00 WIB Tim Ekspedisi kembali mendaki Puncak Gede, pukul 08.30 WIB Tim Ekspedisi sudah tiba di Puncak Gede. Cuaca pagi itu puncak diselimuti kabut. Pemandangan yang ditawarkan Puncak Gede sangat memukau, yaitu kawah Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Pukul 10.00 WIB kami turun ke Alun-Alun Suryakencana untuk packing dan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Putri. Perjalanan kami diiringi dengan hujan lebat yang tak kunjung henti hingga jalur pendakian menjadi aliran air. Tim Ekspedisi tiba di Pos Retribusi Gunung Putri pukul 17.00 WIB. Karena guyuran hujan yang lebat alhasil badan kami basah kuyup. Dengan ditemani secangkir kopi disore hari itu sembari bercengkerama menjadikan momen yang tak akan dilupakan. 
Puncak adalah bonus, kembali pulang tanpa kurang suatu apapun itu adalah tujuan utama.
Alun-Alun Suryakencana

0 komentar:

Posting Komentar